Apakah Capung Masih Ada? Mengapa Sekarang Sudah Jarang Terlihat?
Bertahun-tahun yang lalu, masih sering kita jumpai capung berterbangan ke sana-kemari bahkan hingga membawa rombongan. Manum, mengapa sekarang sudah jarang sekali terlihat? Apakah sudah punah?

Bagi Masyarakat Indonesia lahiran tahun 90-an hingga 2000-an, pasti masih sering kali menjumpai binatang terbang bermata sebesar kepala, capung. Namun, setelah diingat-ingat kapan terakhir kali kita melihatnya? Fenomena ini menyita perhatian banyak orang, terutama para pecinta alam dan peneliti, juga orang desa yang dulunya sering bertemu serangga ini.
1. Perubahan Iklim
Salah satu penyebab utama terjadinya penurunan populasi capung yaitu perubahan iklim. Dengan suhu global yang meningkat, banyak ekosistem air tawar, tempat tinggal capung menjadi terancam. Suhu yang tinggi menyebabkan penguapan yang lebih cepat pada sumber air, seperti kolam dan sungai. Dalam kondisi tersebut, habitat capung menjadi kering dan banyak spesies capung tidak dapat bertahan hidup. Selain itu, perubahan pola curah hujan yang tak tentu mengakibatkan banjir atau kekeringan parah, sehingga akan merusak habitat larva capung.
2. Penggunaan Pestisida
Penggunaan pestisida dalam pertanian modern rupanya mempunyai dampak buruk bagi kehidupan serangga capung. Meskipun pestisida dirancang untuk membunuh hama, mereka membunuh banyak serangga lainnya.
Saat pestisida masuk ke dalam sistem perairan, mereka mengurangi keberlangsungan hidup larva, yang biasanya menghabiskan sebagian besar hidupnya di bawah air. Dengan menurunnya jumlah larva, tentunya menjadikan jumlah capung dewasa berkurang. Selain itu, pestisida dapat mencemari sumber makanan capung, yang akan berpengaruh pada keberlangsungan hidup mereka.
3. Urbanisasi dan Perubahan Lahan
Proses urbanisasi yang cepat di berbagai negara telah menyulap pemandangan alam yang dulunya menjadi habitat banyak hewan dan serangga, termasuk capung. Pembangunan perumahan, jalan, dan infrastruktur lainnya sering kali membuat lahan basah berkurang bahkan habis, sedangkan tempat itu menjadi habitat asal capung.
Dalam banyak kasus, kolam dan sungai yang tersisa juga menjadi terfragmentasi, menjadikan capung sulit dalam berpindah mencari habitat yang aman. Selain itu, pencemaran yang dihasilkan dari aktivitas manusia, seperti limbah industri dan domestik, merusak kualitas air.
4. Pencemaran Lingkungan
Pencemaran air menjadi salah satu masalah lingkungan yang paling mendesak. Banyak sungai dan danau tercemar oleh limbah dari industri, pertanian, bahkan pemukiman. Ketika air terkontaminasi oleh bahan kimia berbahaya, habitat capung berubah menjadi tempat tak layak untuk hidup. Zat-zat berbahaya ini mengganggu sistem reproduksi capung, yang mengakibatkan penurunan jumlah larva. Pencemaran udara dan tanah juga sama-sama mengganggu ekosistem secara keseluruhan, termasuk ketersediaan makanan bagi capung.
5. Penurunan Keanekaragaman Hayati
Ketika ekosistem mengalami kerusakan, banyak spesies yang akan terancam punah, termasuk capung. Keberadaan capung sangat bergantung pada keseimbangan ekosistem. Saat salah satu bagian dari rantai makanan terganggu, maka akan mengganggu secara keseluruhan. Misalnya, jika predator capung berkurang, akan mempengaruhi jumlah capung dewasa, begitu pula sebaliknya.
6. Kegiatan Manusia yang Mengubah Lanskap
Kegiatan-kegiatan manusia, misalnya penambangan, deforestasi, atau pembukaan lahan untuk pertanian, mengubah lanskap secara dramatis. Penggundulan hutan dan hilangnya lahan basah mengakibatkan berkurangnya habitat untuk capung. Ketika lahan basah hilang, maka area yang diperlukan untuk reproduksi capung juga berkurang, karena hanya tempat-tempat tersebut yang menjadi habitat untuk bertelur dan berkembang biak capung adalah tempat basah.
Fenomena berkurangnya jumlah capung menjadi gambaran dari masalah yang lebih besar terkait kehidupan ekosistem kita. Kombinasi dengan faktor-faktor alam seperti perubahan iklim, penggunaan pestisida, urbanisasi, pencemaran lingkungan, penurunan keanekaragaman hayati, dan aktivitas manusia sungguh menjadi tantangan serius bagi kelangsungan hidup capung.
Dengan demikian, pentingnya untuk meningkatkan kesadaran tentang menjaga lingkungan dan melindungi habitat alami capung. Upaya konservasi dan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan diperlukan agar kita dapat kembali melihat capung berkeliaran di sekitar kita.
Menciptakan lingkungan yang sehat dan seimbang, bukan hanya akan melindungi capung, tetapi juga memastikan kesejahteraan semua makhluk hidup di alam. Setiap langkah kecil yang kita ambil untuk menjaga lingkungan dapat berimbas pada pemulihan populasi capung dan keberlangsungan ekosistem yang lebih luas.