Greenland dan Iceland, Dua Negara Terbalik?

Terdapat dua negara dengan nama yang seolah terbalik, yakni Greenland dan Iceland yang kondisi alamnya berbanding terbalik dengan namanya. Bagaimana bisa?

Greenland dan Iceland, Dua Negara Terbalik?
Photo from Pixel

Nama Greenland dan Iceland seringkali menimbulkan kebingungan oleh sebab ketidak sesuaiannya dengan gambaran yang dimunculkan dari namanya. Greenland dalam Bahasa Inggris memiliki arti tanah hijau, tetapi pada kenyataan yang sebenarnya adalah pulau besar yang sebagian besar tertutup es.

Sementara itu, Iceland yang memiliki artian tanah es, justru mempunyai pemandangan yang lebih hijau dan subur di beberapa wilayahnya, terutama selama musim panas. Mengapa nama dari kedua negara ini tampak terbalik?  Berikut merupakan penjelasan sejarah dan geografis yang mungkin menjadi alasan di balik fenomena ini. 

Asal Nama Greenland 

Nama Greenland berasal dari seorang penjelajah Norse bernama Erik the Red pada abad ke-10. Erik yang tengah diasingkan dari Islandia karena melakukan aksi pembunuhan, berlayar ke sebuah pulau besar yang kala itu masih belum banyak diketahui orang. Saat tiba di daratan, ia menemukan wilayah di bagian barat daya Greenland yang relatif lebih hijau dan dapat dihuni selama musim panas. 

Erik the Red menamai pulau itu dengan sebutan Greenland dengan tujuan menarik lebih banyak orang untuk bermigrasi ke sana. Dalam Saga Erik the Red, disebutkan bahwa pemberian nama tersebut merupakan salah satu bagian dari strategi pemasaran.

Nama yang menarik diharapkan akan bisa membuat para pendatang berpikir bahwa Greenland iaalah tempat yang subur dan menjanjikan, meski pada kenyataannya sebagian besar wilayahnya tertutup es sepanjang tahun. 

Asal Nama Iceland

Nama Iceland mempunyai asal-usul yang lebih sederhana dan sesuai dengan fakta geografis. Menurut legenda, seorang Viking bernama Flóki Vilgerðarson pertama kali menemukan pulau ini pada abad ke-9. Setelah menghadapi musim dingin yang begitu keras, ia melihat gletser yang luas dan menamai pulau itu dengan sebutan Iceland, oleh sebab kesan dingin dan beku yang ia dapatkan selama di sana. 

Namun, rupanya nama ini tak sepenuhnya mencerminkan kondisi pulau tersebut. Meski Islandia memiliki banyak gletser dan pegunungan es, sebagian besar wilayahnya—terutama di kawasan pesisir selatan—mempunyai tanah subur yang cocok untuk bertani dan beternak. Islandia juga terkenal dengan sumber air panas alami, padang rumput hijau, dan lanskap vulkaniknya yang menakjubkan. 

Mengapa Nama-Nama Ini Terasa Terbalik?

Ketidaksesuaian nama dua negara antara Greenland dan Iceland bisa jadi disebabkan oleh faktor persepsi dan sejarah. Erik the Red menggunakan nama Greenland untuk menciptakan kesan yang positif dan mengundang, sedangkan Iceland diberi nama berdasarkan pengamatan yang lebih sederhana dan apa adanya. 

Selain itu, iklim dan geografi kedua pulau tersebut juga memengaruhi persepsi. Greenland, meskipun sebagian besar bersalju, memang memiliki beberapa daerah hijau kecil di pesisirnya selama musim panas. Sebaliknya, Islandia, yang memiliki gletser besar, sebenarnya memiliki iklim yang lebih bersahabat karena dipengaruhi oleh Arus Teluk (Gulf Stream). 

Namun, ada juga yang berpendapat bahwa aslinya nama dari dua negara ini sudah sesuai saat pertama kali ditemukan. Greenland dipenuhi dengan tumbuhan hijau dan tanah yang subur, sedangkan Iceland ditemukan sebagai permukaan es yang dingin. Sebab letusan Gunung Samalas di Lombok, Indonesia yang sangat dasyat, mengubah dan menjadi dua negara ini memiliki kondisi terbalik.

Dengan demikian, nama Greenland dan Iceland adalah hasil dari kombinasi sejarah, strategi, dan kondisi geografis yang unik. Keduanya mencerminkan cara manusia mencoba memberi nama suatu tempat berdasarkan pengalaman dan tujuan tertentu.

Meski terasa terbalik, nama-nama ini menjadi pengingat bahwa nama geografis tidak selalu mencerminkan kenyataan. Alih-alih fokus pada keanehan ini, kita bisa memandangnya sebagai bagian dari sejarah menarik dunia eksplorasi manusia.