Sistem Seksagesimal: Sistem Jam Dunia Berputar!
Tanpa kita sadari selama ini hidup berdampingan dengan waktu. Tahukah kamu, jarum jam yang berputar 60 detik mengikuti perhitungan sistem seksagesimal?
Peradaban Babilonia yang berkembang sekitar 4.000 tahun lalu di Mesopotamia (kini Irak modern) merupakan salah satu peradaban tertua yang memberikan kontribusi besar pada ilmu pengetahuan, khususnya matematika dan astronomi.
Salah satu warisan terbesar mereka ialah sistem penghitungan berbasis 60, atau yang dikenal sebagai sistem seksagesimal. Sistem ini unik dan menarik sebab berbeda dari sistem desimal berbasis 10 yang digunakan oleh kebanyakan masyarakat modern.
Sistem Seksagesimal: Bagaimana Cara Kerjanya?
Dalam sistem seksagesimal, angka dihitung berdasarkan kelipatan 60, bukan 10. Dengan kata lain, setelah angka 59, hitungan berikutnya kembali ke "1" di tempat berikutnya, mirip dengan cara kita menambahkan digit dalam sistem desimal setelah angka 9.
Sistem ini menggunakan dua simbol dasar untuk merepresentasikan angka:
1. Simbol berbentuk wedge (tanda paku) vertikal untuk angka 1.
2. Simbol berbentuk wedge horizontal untuk angka 10.
Melalui kombinasi kedua simbol ini, orang Babilonia mampu merepresentasikan angka 1 hingga 59. Ketika angka 60 tercapai, simbol baru ditambahkan untuk menunjukkan kelipatan 60, mirip dengan cara kita menambahkan digit baru dalam sistem desimal setelah angka 9.
Mengapa Basis 60?
Ada beberapa teori tentang mengapa orang Babilonia lebih memilih sistem berbasis 60, yaitu:
1. Banyak Pembagi: Angka 60 mempunyai banyak pembagi (1, 2, 3, 4, 5, 6, 10, 12, 15, 20, 30, dan 60). Hal ini mempermudah pembagian angka menjadi pecahan yang sederhana.
2. Pengaruh Budaya: Sistem seksagesimal diyakini berasal dari penggabungan dua sistem bilangan sebelumnya, yakni sistem desimal (basis 10) dan duodesimal (basis 12), yang digunakan oleh peradaban Sumeria.
3. Astronomi: Basis 60 sangat cocok untuk menghitung fenomena astronomi, misalnya siklus bulan, gerakan planet, dan pembagian tahun menjadi 360 hari (yang merupakan kelipatan 60).
Aplikasi Sistem Seksagesimal
Orang Babilonia menerapkan sistem ini dalam berbagai aspek kehidupan mereka, misalnya:
- Pengukuran Waktu: Mereka membagi satu jam menjadi 60 menit dan satu menit menjadi 60 detik. Pembagian ini tetap digunakan hingga saat ini di seluruh dunia.
- Astronomi: Babilonia menggunakan sistem seksagesimal untuk menghitung posisi benda langit. Metode ini memungkinkan mereka mencatat gerakan matahari, bulan, dan planet dengan presisi tinggi.
- Pengukuran Sudut: Mereka membagi lingkaran menjadi 360 derajat, yang merupakan kelipatan dari 60, konsep yang masih digunakan dalam geometri modern.
Teknologi Matematika Babilonia
Selain sistem bilangan yang maju, orang Babilonia juga menciptakan alat bantu seperti tabel perkalian, tabel kuadrat, tabel kubus, dan tabel akar kuadrat. Mereka bahkan mampu menyelesaikan persamaan kuadrat dan kubik menggunakan metode geometris. Keahlian ini menunjukkan bahwa mereka memiliki pemahaman matematika yang jauh lebih maju dibandingkan peradaban lain pada masanya.
Warisan Babilonia
Sistem seksagesimal yang diwariskan oleh Babilonia tetap relevan hingga hari ini. Penggunaan 60 detik dalam satu menit, 60 menit dalam satu jam, dan 360 derajat dalam lingkaran adalah bukti nyata dari warisan mereka. Bahkan dalam astronomi modern, pembagian waktu dan ruang sering kali merujuk pada sistem ini.
Dengan demikian, penghitungan 1-60 di zaman Babilonia merupakan bukti inovasi luar biasa yang muncul dari kebutuhan praktis dan pengamatan astronomi. Sistem seksagesimal tidak hanya membantu mereka menyelesaikan masalah sehari-hari, tetapi juga membuka jalan bagi perkembangan ilmu matematika dan astronomi modern.
Keajaiban sistem ini mengingatkan kita bahwa gagasan yang lahir ribuan tahun lalu masih memberikan dampak besar pada kehidupan manusia saat ini.